Pairing : SasuSaku and NaruSaku
Disclaimer : Masashi Kishimoto
Author : Matte
"Cinta itu menyakitkan."
"Menjadi bodoh, itulah yang selalu aku lakukan."
"Selalu mengulang kebodohannya seperti orang tidak waras,,,"
"Selalu terluka setiap saat,—"
"Namun, luka itu indah. Sama sepertimu."
"Sedalamnya cintaku padamu, tapi luka itu jauh lebih dalam."
"Aku selalu membaca buku tentang benci menjadi cinta, namun apakah cerita itu akan terjadi dalam dirimu juga?"
.
.
"Naruto,, tolong antarkan ini kepada Sasuke-kun."
Seorang gadis dengan rambut nyentrik berwarna merah muda itu menyodorkan sebuah kotak bekal pada pemuda berambut pirang di hadapannya.
Sakura— nama gadis itu, ia selalu menitipkan kotak bekal kepada Naruto untuk diberikan kepada Sasuke tiap pagi.
Sebelum berangkat sekolah, ia menyiapkan diri memasakkan Sasuke sesuatu, berharap agar Sasuke menotis cintanya.
Naruto— laki-laki di berambut pirang itu tampak menggaruk kepalanya yang tidak gatal, wajahnya menyorotkan perasaan tak mengenakkan. Pasalnya terdapat satu hal fakta yang tidak diketahui Sakura, namun apabila Sakura mengetahuinya, Naruto jamin— Sakura pasti akan sakit hati, lagi.
"Terima kasih Sakura-chan," ujar Naruto dengan cengirannya.
"Kenapa kau hanya memasak untuk Sasuke-teme, Sakura-chan? Kenapa kau juga tidak memasak untukku juga? Padahal masakkan kau itu enak loh," puji Naruto sembari membuka tas selempangnya.
Sakura memasang wajah meledek.
"Memangnya kau siapa, Naruto?" ledek Sakura dengan tawa lebarnya.
Naruto mengerucutkan bibirnya sembari menyerahkan kotak bekal yang Sakura berikan kemarin.
"Nih, kotak bekal kemarin yang kau berikan untuk Teme, Teme mengucapkan terima kasih untukmu," kata Naruto dengan cengiran khasnya.
Sakura tersenyum senang seraya mengambil kotak bekal miliknya.
"Benarkah?!"
"Iya Sakura-chan, bukankah setiap hari sudah jelas seperti itu?" Naruto tersenyum, kemudian mengelus surai rambut milik Sakura yang saat ini terlihat seperti anak kecil.
"Kalau begitu, kenapa bukan Sasuke sendiri yang mengembalikannya padaku? Kenapa malah kau yang selalu memberikannya padaku?" tanya Sakura dengan alis sedikit bertautan.
Naruto tersenyum, tapi Sakura tak mengenali arti senyum terpampang dari laki-laki berambut kuning terang tersebut.
"Sasuke hanya malu."
***
Naruto melangkahkan kakinya menuju kelas, di tangannya terdapat sebuah kotak bekal pemberian Sakura tadi.
Pikirannya berkecamuk lagi, beberapa kali ia tak fokus sehingga tidak menyadari beberapa sahutan dari teman-temannya selama ia melewati koridor sekolah.
Naruto membuka pintu kelas, ia mendapati Sasuke yang tengah berciuman dengan seorang gadis cantik yang mempunyai rambut kuning pucat dan softlens berwarna ungu terang yang sangat cantik.
"Teme—"
Sasuke membuka matanya, melirik ke arah Naruto.
Tapi detik berikutnya ia tak menghiraukan temannya tersebut, ia kembali kepada aktivitasnya bersama Shion, membuat Naruto menghela nafas malas.
Sudah sering ia melihat Sasuke berperilaku seperti ini, entahlah setiap ada kesempatan Sasuke pasti akan mengajak setiap perempuan melakukan 'itu' dengannya.
Melihat hal itu membuat Naruto hanya menggelengkan kepalanya, entah sejak kapan Sasuke sahabatnya menjadi laki-laki yang gemar mempermainkan perempuan, padahal sebelumnya, jangankan mempermainkan perempuan lain, mendekati perempuan saja Sasuke tak berani.
Selang beberapa menit, kedua insan itu menyudahi aktivitas mereka diiringi deru nafas keduanya yang mulai memberontak menghirup oksigen sedalam-dalamnya.
"Kau boleh pergi, Shion. Belikan aku jus tomat dan makanan ringan," perintah Sasuke terhadap gadis bernama Shion tadi, Shion hanya mengangguk patuh kemudian pergi meninggalkan kelas untuk menuju kantin sesaat sebelumnya mengecup pipi laki-laki bersurai raven tersebut.
Sebelum benar benar keluar, Shion menatap Naruto dengan tatapan sinis dan meremehkan, kemudian ia benar-benar pergi dari ruang kelas.
"Ada apa?" tanya Sasuke to the point.
Naruto menatap Sasuke yang saat ini tengah membereskan kancing seragamnya, ia juga tak lupa membenarkan letak rambutnya yang sedikit berantakan.
"Kau kacau lagi Teme," ucap Naruto sembari mendekat ke arah Sasuke.
"Hm, tidak dobe." Sasuke melirik sesuatu di tangan Naruto.
"Dari wanita itu lagi?" tanya Sasuke membuat Naruto mengangguk.
"Iya, tidak mau kau makan lagi?"
"Kau saja yang makan, aku menunggu Shion yang akan datang membawakanku makanan."
"Tapi Sakura-chan selalu mengirimu bekal, Teme. Apakah tak ada sedikit keinginan untuk mencobanya? Dia telah berusaha untukmu," kata Naruto berusaha membujuk Sasuke.
"Tidak," balas Sasuke singkat.
Sontak membuat Naruto menghela nafas malas.
"Ya sudahlah."
*****
"Ayo Jidaaatt, kita ke kantin!" ajak Ino sembari menarik-narik tangan Sakura yang tengah membaca buku.
Saat ini tengah masuk jam istirahat, maka dari itu Ino ingin cepat-cepat pergi ke kantin.
"Aku malas, babi. Kau duluan saja dengan Hinata-chan," balas Sakura malas.
"Huh, baiklah. Ayo Hinata-chan, kita pergi!"
Hinata hanya mengangguk malu-malu.
Sakura tersenyum kecil kemudian melanjutkan bacaannya, perutnya terasa perih karena sedari tadi belum sempat ia isi. Ia tak mungkin menghamburkan uangnya untuk membeli sesuatu di kantin, karena apabila Sakura menghabiskan uangnya, ia tak akan bisa membelikan tomat mahal kesukaan Sasuke untuk bekal esok hari.
Ketimbang memikirkan hal yang membuat perutnya semakin lapar, Sakura memutuskan akan tidur saja.
Tapi baru beberapa menit, ia merasakan ada seseorang yang meletakkan sesuatu di mejanya, membuat ia sedikit terlonjak kaget.
Ia terbangun kemudian menatap si pelaku tersebut.
Mata emeraldnya membulat sempurna, di hadapannya terdapat seorang anak laki-laki berambut raven sempurna dan bola mata onyx tajam, itu Sasuke.
"Sa—sasuke-kkun?!"
Sasuke menatap datar ke arah Sakura, di tangannya terdapat kotak bekal yang Sakura berikan pagi tadi ke Naruto.
"Kau, berhenti memberiku bekal," kata Sasuke dengan intonasi dingin dan cepat.
Deg—
Sakura merasakan sebuah tusukan pada jantungnya.
"Aku tak pernah memakan bekal darimu, semua itu dimakan oleh Naruto,—"
"—kau pikir dengan meletakkan tomat di dalamnya akan membuatku memakan makananmu? Tidak, dan oh— Naruto tidak suka tomat, dan ia membuang tomatnya sebelum memakan bekalmu, tolong jangan salahkan dia, salahkan dirimu sendiri yang selalu memberiku bekal." Sasuke melanjutkan kalimatnya.
Sakura ingin menangis saat itu juga, bagaimana bisa Sasuke melakukan hal itu? Maksudnya, Sakura rela kelaparan demi Sasuke, tapi mengapa Sasuke membalasnya seperti itu?
'Mengapa dia tidak menghargai perasaanku,?'
Sasuke menyeringai tipis. "Berhenti melakukan hal itu, gadis bodoh."
Sakura menatap Sasuke dengan tatapan tidak percaya.
Ini kali pertama Sakura mendengar Sasuke berucap panjang lebar, tapi kenapa harus semenyakitkan ini?
"SAKURA-CHAN!"
Raga Naruto terlihat di ambang pintu, ia mengatur nafasnya. Sepertinya ia berlari untuk menuju ke kelas Sakura.
Mata Naruto membeo, sudah ia duga inilah yang dilakukan oleh Sasuke.
"Sakura-chan?"
"Maaf Naruto, membuatmu memakan masakanku," lirih Sakura pelan. Ia berusaha tersenyum di depan Naruto.
Tapi di mata Naruto tak lebih dari melihat Sakura yang tengah menangis rapuh.
"Ya, kau harus banyak meminta maaf untuk itu," celetuk Sasuke.
Sakura mengangguk kemudian pergi meninggalkan kelas membuat Naruto mendelik kesal ke arah Sasuke.
"Kau lebih baik diam, Teme! Sakura-chan itu mencintaimu, teganya kau membuat dia menangis."
"Aku tidak peduli dobe, aku membencinya, sampai kapanpun."
****
Sakura menangis di belakang sekolah, bagian sekolah yang terlihat sangat sepi dan tenang.
Ia memeluk lututnya sembari menggumam tidak jelas.
Sakura sudah sering sakit hati melihat Sasuke selalu bersama dengan gadis lain, ia tak keberatan karena sampai saat ini yang ia tahu, Sasuke selalu memakan bekal buatannya. Ia berpikir, selama Sasuke menyukainya itu bagus. Ia punya kesempatan untuk mendapatkan hati Sasuke dan membuat si Bungsu Uchiha itu berubah, tapi nyatanya tidak sama sekali.
"Uchiha itu memang tampan," seorang laki-laki datang menghampiri Sakura, namun itu bukan Naruto. Apabila kalian bertanya Naruto sedang berada di mana, saat ini Naruto tengah mondar-mandir di dalam sekolah bertujuan untuk mencari Sakura.
Sakura tak memperdulikan laki-laki yang kini mendudukkan pantat di sampingnya.
Matanya masih diarahkan ke depan.
"Kau tau, yang indah itu biasanya menyakitkan loh."
"Aku tak tau maksudmu," kata Sakura datar.
"Maksudku, kau sering kali disakiti olehnya, tapi kau tetap bertahan dengan luka itu, memang ya, manusia itu aneh. Padahal sudah jelas terluka, tapi ketika melihat paras dari orang yang memberi luka tersebut, ia pasti akan mengatakan baik-baik saja dan membela orang yang melukainya."
"Aku tak ingin membela Sasuke lagi, aku sudah muak mendapat luka lagi. Tapi,, entahlah.. Aku masih mencintainya."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar