"Zuho? Bagaimana kabarmu?"
"Aku baik~"
"Zuho. Kau tadi sungguh keren. Bagaimana keadaanmu sekarang? Apa kau terluka?"
"Aku baik."
"Aku selalu baik baik saja."
"Zuho. Pokoknya nanti kamu harus ambil Hukum."
Zuho yang tadinya hendak memasukkan sendok ke dalam mulutnya sontak menghentikan aktivitasnya.
"Loh? Kok gitu sih, Yah? Aku kan anak IPA? Masa ambil hukum? Nggak nyambung banget?"
"Ya gapapa kali? Tinggal ikut ujian seleksi ulang aja gitu? Gapapa kok nggak masuk lewat jalur SNMPTN juga. Yang penting kamu masuk hukum."
"Bukannya yang dulu kekeuh nyuruh aku masuk IPA itu Ayah?"
"Itu kan dulu Nak. Ayah dulunya mau kamu jadi dokter. Tapi kayaknya.. Muka kaya kamu lebih cocok jadi pengacara gitu nggak sih?"
Zuho menarik nafas— antara malas dan tercekat.
Pelan tapi pasti, ia mengangguk karena apabila berdebat dengan ayahnya hanya dapat membuang waktu, nanti di opsi terakhir ia hanya akan menerima kekalahan.
Satu hal yang tidak ia suka pada Ayahnya.
Ayahnya terlalu menuntut dirinya untuk bisa. Ayahnya selalu mengutamakan apa yang diinginkannya, bukan apa yang diinginkan oleh Zuho.
Zuho sadar apabila ia telah dididik dengan cara yang salah.
Tapi dengan bodohnya ia tak mampu menolak semua apapun yang Ayahnya perintahkan.
Zuho terlalu baik sehingga menuruti apapun yang diperintahkan oleh Ayahnya.
Tapi, kau tau baik?
Baiknya Zuho disini dalam artian memendam semuanya
Ia lebih baik memendam segala keluh kesahnya dan menuruti kemauan Ayahnya.
Hingga tak sadar, sifat terlalu baiknya itu membuat fikirannya terganggu.
Hidupnya merasa terbebani walau tak terlihat di mata orang orang.
Kondisi jasmani pemuda itu memang terlihat sehat dan baik baik saja, tapi hati, fikiran dan perasaannya sangat kacau dan tidak tenang.
Ia terobsesi untuk bisa karena Ayahnya.
Ia terobsesi mengejar karena Ayahnya.
Semuanya karena dasar pada Ayah.
Hidup Zuho tak lebih dari sebuah alat yang harus mengangkat derajat Ayahnya.
Mungkin di luar sana, banyak orang yang tengah berada di posisi Zuho. Mereka mendapat tekanan batin karena mereka harus melakukan apa yang tidak seharusnya mereka lakukan.
"Aku baik baik saja selagi dunia masih memberikan sebuah mimpi untukku," - Zuho